Hati yang Bisa Merasakan

Saat itu, adalah saat dimana aku sedang menentukan masa depanku (mencari perguruan tinggi). Aku tidak berpikir hal lain selain belajar, berdoa, berharap, dan selalu melihat target. Pada saat ini pun aku malas untuk jalan-jalan, malas untuk mengalami kehidupan sebagai remaja pada umumnya, karena aku selalu bepikir apakah layak aku melakukan ini, masa depanku saja belum jelas.

Tapi, kakaku selalu mengingatkan, perbuatan memengaruhi hasil yang kamu peroleh, aku bingung harus berbuat baik kepada siapa, karena pada saat itu aku benar benar berjuang sendiri untuk menentukan masa depan.

Suatu hari aku mau beli buku kumpulan soal dan mau refreshing. Aku mendatangi pusat pembelajaan di jalan merdeka. Di jalan, aku melihat seorang bapak tua, ia menjual balon kecil yang diikat dengan tali rafia itam putih, yang merupakan mainan angkatan 90’an. Lau aku berpikir, emangnya laku? Bapa itu bakal dapat apa? Aku pun jalan melewati nya dengan sopan, dan aku merasa aku harus melakukan sesuatu, tapi apa? Aku berusaha melakukannya tapi Dada makin sesak, aku harus memberi dia sesuatu.

Aku pun membeli satu porsi batagor, yang membuatku tidak jajan lagi pada hari kedepannya. Dan memberikannya pada Bapak itu. Setelah aku memberikannya, aku menangis. Oh Tuhan, ternyata begini rasanya bisa membantu sesama. Rasanya tidak bisa diungkapkan dengan kata kata.
Ketika ada kesempatan, aku berusaha mendatangi bapak itu dan memberikannya makanan, meskipun hanya roti. Sampai akhirnya tidak sempat, karena ujian ku sudah dekat.

Sebulan kemudian, aku diterima di perguruan yang aku impikan Aku langsung memeluk ayahku, menelpon ibuku, menelpon kaka kandungku, menelpon kakaku di legio.
Setelah euforia selesai, aku teringat Bapak itu. Mungkin ini terlalu percaya diri, tapi aku merasa yakin, Bapak itu turut mendoakanku.
Aku membantu si Bapak bukan karna ingin mendapatkan sesuatu. Aku tak bisa menjelaskan dengan kata kata, aku merasa Tuhan menyentuhku. Kalau aku menuntut balasan, apakah aku akan menangis setiap aku memberikan bapak itu makan? Tentu tidak, yang ada jika aku menuntut balasan, aku akan foto Bapak itu, upload medsoc, dan berasa melakukan sesuatu yang heroic. Tapi entah mengapa aku tak melakukan itu.

Yang kulakukan merupakan hal kecil tetapi aku bangga karena Tuhan tetap mengarahkanku dengan pesannya, kasihilah sesamamu manusia, seperti dirimu sendiri. SR

Leave a comment